Jama’ah Semut
Hari ini kutemukan hal menarik lagi tentang semut. Semut-semut yang masih selamat dan terjebak di stoples gula yang kuletakkan di atas piring berisi air, berkumpul bersama dalam satu titik di pinggir air. Bayangkan saja seperti sekumpulan orang yang terdampar dan terjebak di sebuah pulau dikelilingi lautan yang tidak ada apapun disana untuk digunakan menyeberang keluar pulau. Apa yang akan mereka lakukan?
Kalau menuruti cerita-cerita di film-film survival tentu akan ada usaha membuat perahu dari kayu-kayu dari pohon-pohon di dalam pulau. Tapi masalahnya adalah pulau ini pulau plastik, alias stoples gula. Tak ada pohon untuk perahu. Tak ada apapun untuk menyeberang. Bahkan membuat tanda SOS pun percuma rasanya karena semut-semut diseberang juga mungkin mengalami kesulitan untuk sekedar menyeberang laut di atas piring.
Dalam keadaan antara hidup dan mati, adalah fitrah bagi setiap makhluk untuk selalu meminta pertolongan kepada Allah yang menggenggam kekuasaan atas segala sesuatu di alam. Saat keadaan terdesak, dan tak ada harapan untuk bisa menyeberang, yang kemungkinan besar mereka akan mati jika lebih lama berada di pulau stoples gula, yang bisa mereka lakukan hanyalah memohon pada Allah untuk memberikan jalan keluar agar mereka bisa selamat dan kembali pada keluarga mereka.
Saat kulihat semut-semut itu, mereka berkumpul, tidak kalang kabut mencari selamat sendiri-sendiri. Apa yang sebenarnya mereka lakukan? Mungkinkah mereka sedang berjama’ah berdoa memohon pada Allah untuk dikeluarkan dari stoples gula? Saat melihat mereka, aku jadi teringat kisah semut yang memperingatkan kaumnya untuk masuk ke dalam sarangnya masing-masing supaya tidak terinjak oleh rombongan Nabi Sulaiman a.s. dan tentaranya yang akan lalu di tempat itu.
Sungguh indah melihat tindak-tanduk mereka. Banyak pelajaran yang bisa diperoleh dengan memperhatikan lingkungan sekitar. Dari semut-semut itu, bisa dilihat bagaimana dahsyatnya kekuatan do’a. Bagaimana dengan cara unikNya, Allah mengabulkan do’a, mengatur dan menyelamatkan hamba-hambaNya. Termasuk membuka mataku, membuatku memperhatikan semut-semut itu, dan memberiku kekuatan mengangkat stoples gula untuk mengeluarkan semut-semut dari air yang mengepung mereka. Sungguh, jika Allah tidak berkehendak dan mengatur segalanya, semua itu tak akan terjadi.
Banyak sekali kisah-kisah dari orang dahulu yang hampir serupa dengan kejadian di atas. Bagaimana Allah dengan caraNya, yang terkadang melalui jalan yang tak disangka-sangka, memberikan rahmat, menyelamatkan, dan meninggikan kedudukan hamba-hambaNya. Begitu pula sebaliknya, Allah pun mampu dengan caraNya memberikan hukuman, azab, dan menghinakan makhluk-makhluk yang durhaka kepadaNya. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita selalu memohon Allah dilindungi dari keburukan perilaku kita, dijauhkan dari marabahaya, dan dari gangguan syetan. Memohon keteguhan iman, keikhlasan dalam beribadah, dan kenikmatan untuk selalu dapat bersujud dan berdo’a kepada Allah Azza wa Jalla.
0 comments:
Post a Comment